Tari Remo
SENI TARI
Pengertian
Gerak badan secara berirama yang dilakukan ditempat serta waktu
tertentu buat keperluan pergaulan, mengungkap perasaan, maksud, serta
pikiran. Bunyi-bunyian yang dimaksud musik pengiring tari mengatur
gerakan penari serta menguatkan maksud yang mau di sampaikan. Gerakan
tari tidak sama dari gerakan sehari-hari seperti lari, jalan, atau
bersenam. Gerak didalam tari tidaklah gerak yang realistis, tetapi gerak
yang sudah di beri bentuk ekspresif serta estetis. Suatu tarian
sesungguhnya adalah kombinasi dari sebagian buah unsur, yakni wiraga
(raga), Wirama (irama), serta Wirasa (rasa). Ketiga unsur tersebut
melebur jadi bentuk tarian yang serasi. Unsur paling utama dalam tari
yaitu gerak. Gerak tari senantiasa melibatkan unsur anggota badan
manusia. Unsur-unsur anggota badan itu di dalam membuat gerak tari bisa
berdiri dengan sendiri, berhimpun maupun bersambungan.
Contoh
Seni Tari Daerah Jawa Timur
Tari Remo merupakan bagian utama dalam sebuah pementasan ludruk. Tari
Remo atau Tari Ngremo dijadikan sebagai pembuka dalam pementasan seni
pertunjukan tradisional ludruk, pertunjukan seni kuda lumping, dan
pagelaran seni wayang kulit. Tari Remo dapat ditarikan dengan gaya
wanita maupun gaya pria, baik ditampilkan secara bersama-sama ataupun
bergantian. Perkembangan tarian tradisional dari Jawa Timur ini
dipercaya berawal dari tahun 1930-an saat kesenian ludruk berkembang
pesat. Konon ceritanya, kata ‘beskalan’ berasal dari kata bakalan yang
pada masa lalu dipertunjukkan di jalanan layaknya pengamen. Pada mulanya
tari Beskalan dibawakan oleh laki-laki yang memakai baju perempuan.
Namun kini telah banyak perempuan yang mempertunjukkan kebolehan menari
Ngremo. Awalnya, Tari Remo adalah tarian yang khusus dibawakan oleh kaum pria.
Hal ini berkaitan dengan cerita atau tema dari Tari Remo itu sendiri.
Tari Remo bercerita tentang kepahlawanan seorang pangeran yang berjuang
dalam medan pertempuran. Untuk itu, sisi maskulin dalam Tari Remo sangat
ditonjolkan. Namun dalam perkembangannya, banyak kaum perempuan yang
tertarik untuk belajar dan membawakan Tari Remo, bahkan kini Tari Remo
banyak ditarikan oleh perempuan. Walaupun demikian, busana ala pria yang
digunakan sebagai kostum Tari Remo tidak banyak diubah, meski yang
menarikannya seorang perempuan. Karakteristik yang paling utama
dari tata gerak Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis.
Gerakan ini didukung dengan adanya gongseng yang dipasang
di pergelangan kaki. Bandul lonceng ini berbunyi saat penari melangkah
atau menghentakkan kakinya. Selain itu, ciri khas yang lain
adalah gerakan melempar selendang atau sampur secara cepat dan dinamis,
gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, serta kuda-kuda
penari membuat tarian ini menjadi semakin atraktif.
Tata busana Tari Remo sendiri bermacam-macam menurut wilayah kebudayaan dan siapa yang menarikannya. Gaya-gaya busana Tari Remo adalah gaya Surabayan, Malangan, Jombangan, Sawunggaling, dan Remo Putri. Dalam gaya busana Surabayan, aksesori yang dikenakan terdiri atas ikat kepala merah (udheng), gelang kaki berbandul (gongseng), baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke 18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan benang emas, kain batik (jarik) gaya Pasisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris yang diselipkan di belakang. Penari juga memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang tiap ujung selendang. Berkat nuansa kemegahan yang ditampilkan dari gaya busana, irama gamelan yang mengiringi, dan serta gerakan dinamis dan gagah dari Tari Remo, membuat tarian ini terkesan eksklusif dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jawa Timur. Tari Remo yang semula hanya ditarikan oleh satu orang penari saja, lambat laun kemudian ditarikan pula oleh beberapa orang dalam sebuah pentas, yang menjadikan Tari Remo semakin indah karena memiliki pola koreografi tersendiri. Bahkan di era sekarang, di beberapa kota di Jawa Timur, khususnya Jombang dan Surabaya, sering diadakan Festival Remo Massal sebagai event tahunan, selain juga untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke kota tersebut.
Tata busana Tari Remo sendiri bermacam-macam menurut wilayah kebudayaan dan siapa yang menarikannya. Gaya-gaya busana Tari Remo adalah gaya Surabayan, Malangan, Jombangan, Sawunggaling, dan Remo Putri. Dalam gaya busana Surabayan, aksesori yang dikenakan terdiri atas ikat kepala merah (udheng), gelang kaki berbandul (gongseng), baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke 18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan benang emas, kain batik (jarik) gaya Pasisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris yang diselipkan di belakang. Penari juga memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang tiap ujung selendang. Berkat nuansa kemegahan yang ditampilkan dari gaya busana, irama gamelan yang mengiringi, dan serta gerakan dinamis dan gagah dari Tari Remo, membuat tarian ini terkesan eksklusif dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jawa Timur. Tari Remo yang semula hanya ditarikan oleh satu orang penari saja, lambat laun kemudian ditarikan pula oleh beberapa orang dalam sebuah pentas, yang menjadikan Tari Remo semakin indah karena memiliki pola koreografi tersendiri. Bahkan di era sekarang, di beberapa kota di Jawa Timur, khususnya Jombang dan Surabaya, sering diadakan Festival Remo Massal sebagai event tahunan, selain juga untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke kota tersebut.
Dibutuhkan kecekatanan dan konsentrasi penuh bagi
penari jika membawakan Tari Remo. Gerakan yang berubah-ubah dalam tempo
waktu yang cepat, melempar dan memutar-mutar selendang, serta ketukan
irama hentak kaki, semuanya harus dilakukan dengan baik. Gerak cepat dan
gagah dari Tari Remo sendiri melambangkan keperkasaan, kepiawaian, dan
kesaktian kesatria Jawa tempo dulu.Harapannya, Tari Remo sebagai salah
satu produk seni budaya asli Jawa Timur akan tetap lestari sepanjang
zaman. Meskipun kondisi eksistensi Tari Remo di masyarakat masih sangat
bagus, namun tak dapat dipungkiri, sangat diperlukan regenerasi yang tak
henti agar tari ini terus lestari. Selain itu, dengan promosi yang
memang sudah bagus, pemerintah daerah tidak boleh lengah dan harus kian
berinovasi dalam mempromosikan Tari Remo, khsusnya pada warga luar Jawa
Timur bahkan mungkin turis mancanegara. Para seniman tari juga harus
memiliki inovasi tinggi dalam berkreasi, agar Tari Remo tetap eksis di
tengah roda perputaran zaman yang kian hari kian maju.Untuk
berpartisipasi melestarikan Tari Remo sangatlah mudah. Syukur-syukur
jika kita gemar dan mau mempelajari Tari Remo. Namun jika kita tak
memiliki minat dan bakat dalam bidang tari, kita tak perlu bersusah
payah untuk belajar Tari Remo. Hanya dengan turut bangga serta mau
menyaksikan pertunjukan Tari Remo, itu sudah sama dengan kita ikut andil
dalam melestarikan keberadaan Remo. Terlebih lagi jika kita
mempromosikan Tari Remo kepada masyarakat di seluruh Indonesia bahkan
hingga mancanegara, bahwa inilah Tari Remo, kebanggaan Jawa Timur.
Komentar
Posting Komentar